Mozaik Satu


      “Hei tante..” sapa pria itu sambil duduk di sebuah bangku , perempuan yang duduk di sebelahnya seketika mendelik tajam. Sapaan yang benar-benar merusak pagi.
         “Ck! Berehentilah mendelik kalau tidak mau keriput di matamu itu semakin bertambah!”
Si perempuan menghela nafas; mengutuk keberuntungannya yang buruk. Mengapa di antara ratusan mahasiswa baru ia harus kebagian mementori pria ini?!
       “Cari mentor yang lain saja..” perempuan itu mengemasi bukunya ke dalam tas “…aku tidak tertarik mementori bocah seperti kamu!” si perempuan pun beranjak dari duduknya
        “Well…urusan itu bicarakan saja dengan Bu Kim, kalau tidak mau nilai mentoring mu E” Ucap peria itu membuat si perempuan urung melangkah. “Aku sih sangat tidak keberatan ganti mentor” sambung pria itu sambil beranjak pergi, meninggalkan si perempuan yang masih beku di tempat.

Dua minggu sebelumnya…

        “Kenapa kamu nggak pake seragam ospek ?” Tanya perempuan pada pria tinggi di depannya. Ia berdehem, sebenarnya agak malu berdiri di depan orang yang jauh lebih tinggi darinya. Perempuan itu berbalik, dan berjalan menjauh.
         “Kamu sudah tau peraturannya kan ?” sambungnya, setelah memastikan ia cukup jauh dari junior tinggi itu.
         “Robek..” ucap pria itu pelan.
         “Hah ?” si perempuan kembali berbalik 
         “Kamu bilang seragammu robek bahkan sebelum kamu pakai ?!” si perempuan berkaca pinggang sambil berusaha memasang muka galak.
Si pria menggulum senyumnya “Bukan seragam saya..”
         “Maksudmu ?” si prempuan kembali mendekat, geram karena junior-nya itu tampak sedang mentertawainya.
         “Rokmu. Rok bagian belakang mu robek” ucap pria itu pelan sekali sehingga hanya perempuan itu yang bisa mendengarnya.
         “Hah ?!” 
         si perempuan dengan segera meraba bagian belakang roknya. Dan benar saja, ada robekan yang lumayan panjang di sana. Cukup panjang untuk orang bisa melihat short pants merahnya. Ia lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling, orang-orang berada di radius yang cukup jauh untuk melihat rok robeknya. Ia hampir menghela nafas lega sebelum ia sadar sesuatu

            Tapi bocah ini….!!! Perempuan itu menggeram, lalu mendongak sinis kea rah pria itu. Ingin marah tapi ia terlanjur malu, sehingga hanya diam dengan wajah mulai pucat.
            Si pria pun memegang bahunya, lalu memutar tubuh kecilnya sehingga membelakangi pria itu.
           “Diam sebentar” ucapnya. 
Perempuan itu bahkan tidak dapat menolak, ia hanya diam sambil memegangi bagian roknya yang robek. Dalam hati ia mengutuk hari ini; mengutuk rok sialannya yang benar-benar tidak tahu sikon.
Tiba-tiba saja, sebuah tangan melingkari pinggangnya; mengikatkan sweater abu yang terakhir kali dilihatnya masih dipakai pria itu.
           “Sementara pakai itu dulu, memalukan..” ucap pria itu sambil menepuk-nepuk bahu senior malangnya itu. Si perempuan berusaha mengatur nafasnya dan berbalik menatap pria yang sudah berjalan menjauh itu
           “Yaaa!!” Panggilnya
Pria itu berhenti lalu menoleh, “Tidak perlu berterima kasih. Anggap saja tidak menghukumku jadi imbalannya....” Ia tak lupa melempar senyum mengejeknya sebelum akhirnya kembali berjalan. 

random from google


1 komentar:

  1. waaah kadang orang yg menjengkelkan bisa bersikap baik,,dan jangan selalu merasa paling hebat :))
    nice story kakaaak :))
    salam EPICENTRUM

    BalasHapus

Blogger yang baik adalah blogger yang setelah membaca memberikan kommentar ^.^