Tampilkan postingan dengan label Review. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Review. Tampilkan semua postingan

5cm - As Usual


yah...meski tidak bisa menonton tepat di hari pertama  12/12/12 seperti yang saya harapkan, karena kehabisan tiket terus selama 3 hari, akhirnya 14/12/12 setelah maksa temen kos buat nganterin beli tiket sampe hujan-hujanan, akhirnya dapet juga nonton film yang lagi heboh-hebohnya ini. 

Film ini sendiri diangkat dari novel karyanya bang Donny Dhirgantoro (sok akrab beh) yang jauh  sebelumnya sudah saya baca, dan ngebuat saya terkagum-kagum setiap lembarnya. Sehingga novel ini berhasil masuk ke favorite novel list saya. Waktu tau novel diangkat jadi film, tentunya saya tidak ketinggalan pengen nonton dong, apalagi di kota yang saya tumpangi ini ada bioskopnya jadi nggak perlu lama-lama nunggu buat ada kaset bajakan atau link buat download di internet (iye iye di Lombok kagak ada bioskop-_-) dan tentu saja film ini adalah film pertama yang saya tonton langsung di bioskop (ciyeee anak desa baru masuk kota wk x.x) 

Setelah berhasil menghasut beberapa temen kos untuk diajakin nonton, sore itu pun dengan angkot kami berempat pun melaju menuju Malang Plaza. Kalau saja boleh jujur, saya agak-agak takut sama tanggapan temen kos (Lia, Weni, Lissa) tentang film ini nantinya, karena saya sendiri tidak terlalu menaruh harapan sangat tinggi seperti pada Novelnya. Seperti yang sudah-sudah, banyak sekali film-film yang kurang berhasil menerjemahkan sebuah novel menjadi sebuah film. Contoh saja nih ya, Laskar pelangi dan Perahu kertas. 2 novel itu juga sudah lebih dulu masuk ke daftar novel favorite saya, tapi untuk filmnya...kalau laskar pelangi masih mending...saya masih suka, tapi Perahu kertas ? ugh...saya kesal sendiri menonton filmnya...apalagi dengan 2 pemain utamanya, si kugi dan kinan...er. (oke ini out of fokus banget)

Kembali ke 5cm the movie. 
Memang sih pada akhirnya, komentar temen-temen tidak ada yang jelek; keren, lucu, wow dan sejenis. Tapi bagi saya, yang satu-satunya sudah pernah membaca novelnya diantara kami berempat, tentunya lagi-lagi kurang puas. 
Baru diawal-awal film saja, sudah banyak adegan-adegan atau dialog yang menurut saya agak krik; ada jeda yang sepersekian detik lebih lama dari yang seharusnya #mungkin. Walaupun hanya sepersekian detik saja, tentunya menimbulkan efek yang lain. Juga, beberapa dialog yang di novelnya sangat lucu, tiba-tiba terdengar garing di filmnya, yang saya maksud hanya beberapa. Untung saja, kekocakan Harjunot Ali yang memerankan Zafran begitu pandai membuat saya pribadi melupakan beberapa adegan krik-krik sebelumnya :p.
Sudah begitu, banyak sekali cerita-cerita yang tidak ada di film ini. Yeah...untuk ini saya mengerti, bahwa tidak mudah memasukan semua cerita dari beratus-ratus lembar novel menjadi sebuah film dengan durasi 2 jam. Tapi yang saya lumayan kecewa adalah; mana lirik-lirik lagu dan perdebatan-perdebatan pengetahuan yang keren itu ? tidak ada. Meski tidak terlalu mengganggu jalan cerita, tetap saja saya kecewa huehue. 

Dan yang lainnya adalah, ketika mereka berenam memulai perjalanan menuju Mahameru. Pertama, mana adegan percakapan mereka dengan ibu penjual nasi di stasiun yang begitu menyentuh saya di novelnya ? kedua, kenapa mereka nggak naik angkot dari stasiun ? di sana kan mereka ketemu bapak angkot yang lucu itu, ketiga mereka nggak satu jib sama rombongan lain yang temennya meninggal 17 agustus tahun lalu ? keempat, tidak adegan dimana mereka berhalusinasi disapa sama yang meninggal itu ? huhuhu...lagi-lagi ini masalah tenggat waktu yang ditentukan, 2 jam. hanya 2 jam huhu. Dan ini harus dimengerti. hehe

Dan yang paling kirik dari film ini adalah, bagiaman para pemain berdialog. Yeah...bahasa Indonesia banget! Waktu baca novelnya sih enak-enak aja bacanya, tapi kok pas dijadiin film...aneh banget ya didengernya hhh. Dan gara-gara dialog yang sesuai EYD itu, akhirnya akting Mas Fedi Nuril yang unyu-unyu itu jadi kaku. Perjalanan mendaki yang begitu menegangkan di novelnya tiba-tiba jadi biasa aja, dan oh untungnya lagi-lagi tertolong oleh ke-KEREN-an penampakan Mahameru yang ngebuat saya ber- "wow" tidak ada hentinya. Yeah...lebihnya adalah, akhirnya saya bisa melihat bagaimana gagahnya Mahameru itu, ternyata jauuh lebih keren dari yang saya bayangkan saat membaca novelnya. 

Terakhir, unek-unek terakhir nih..hehe
Oke, saya tidak mempermasalahkan adegan-adegan yang tidak ada seperti yang saya sebutkan di atas, tapi yang satu ini saya bener-bener gereget. Kenapa nggak ada adegan upacara bendera yang mengharukan itu ? yang ngebuat saya mewek-mewek ? Emang sih saya tetep mewek waktu nonton filmnya, tapi gimana ya...bener-bener ada yang kuraaang gitu rasanya. Seandainya diadain, dan Indonesia raya berkumandang di atas tanah tertinggi di pulau jawa itu, coba bayangin bagaimana meweknya saya ? hh-_- Eh upaca bendera itu malah digantiin sama adegan di mana mereka berenam semacam berikrar gitu dengan suara yang keras di tonton oleh pendaki-pendaki yang lain, lagi-lagi (dari tadi kok lagi-lagi mulu sih-_-) ikrar mereka itu kok terdengar agak....agak nih ya berlebihan gitu ya ? di novelnya sih fine-fine aja tapi pas di-visualkan kok ? mungkin ada baiknya kalo sebenarnya ikrar-ikrar itu hanya sebagai suara hati mereka saja...ya kan ? (ditimpuk sutradara) ehehe..

Terakhir (perasaan tadi terakhir udah deh-_-) biar deh, saya yg nulis ini :p
ini tentang endingnya. Meski sedikit berbeda dengan novelnya, endingnya tetep saja bikin saya gereget. Tetep saja bikin saya terkaget-kaget, sama seperti saya baca novelnya. Ending yang bener-bener tidak disangka, bang Dhony bener-bener pinter ngebuat alur cerita yang ngebuat kita berpikir bahwa Riani yang kece abis itu suka sama Genta dan Arinda suka sama Zafran, but ternyata ? unbelieveble. Waktu Arinda bilang "....tapi bukan kamu Genta" mbak-mbak yang duduk di belakang saya dengan hopeless berprasangka kalau yang disuka Arinda adalah Arial, huhuhu. Kasian kan mas Fedi Nuril (sini sama saya aja haha XD #cacat)

Udah deh, segitu dulu tulisan maha sok tau saya. Ya ya, kan kalian tau sendiri biasanya penonton lebih sok pintar dari pemain :p maaf-maaf kalau ada yang tidak sependapat dengan saya. Saya bukannya nggak suka filmnya, saya suka banget! saya malah pengen nonton lagi he. Hanya saja, itu pendapat saya saja...sok-sok mau kritik gitu deh, padahal nggak ngerti apa-apa*jleb* 

cemburu nih-_-"
salah satu adegan yang membuat bioskop dipenuhi tawa hehe XD

After all, film ini bagus kok. Saya rekomenin deh, kalau jeli banyak sekali pesan-pesan yang bisa diambil, meski tidak sebanyak di novelnya hehe. 
Maju terus perfilim-an Indonesia !! 

NB : Selanjutnya, saya pengen nonton Habibie dan Ainun. Pengen banget!

So, I Married the Anti-Fan


Tittle : So, I Married the Anti-Fan
Writer : Kim Eun Jeong
Genre : Romance, comedy
Penerbit : Penerbitharu
Tebal : 550 Halaman.

SINOPSIS : 

Mimpi menjadi kenyataan. Tinggal bersama dengan selebriti terkenal di korea. Akan tetapi...aku ini anti-fannya !

Top star korea ; H yang terkenal dengan karisma lembutnya akan tampil bersama dengan anti-fannya ; L dalam acara real variety, yang menampilkan kisah mereka selama 24 jam. 

H : Anti-fan itu juga harus dijaga dengan baik. Aku ini  
     cukup gentle kan ? hahaha!
L : Sebagai anti-fannya, aku akan menunjukkan sifat
     aslinya, aku janji!


Cerita novel ini berawal ketika seorang wartawan Lee Geun Yong diperintahkan untuk meliput pembukaan sebuah klub milik artis JJ "Klub Benny".  Di pesta itu, ia yang sedang mabuk tidak sengaja menyaksikan pertengkaran artis top korea Hu Joon dengan seorang gadis bergaun merah. Dari perkelahian itu, ia melihat betapa kasarnya Hujoon, artis yang selama ini dikenal ramah. Dan masalah bertambah parah ketika Geun Yong tidak sengaja muntah di sepatu milik Hu Joon, bahkan ditambah muntah di mobil Hu Joon. Hu Joon yang tidak menerima permintaan maaf Geun Yong, membuat Geun Yong membeci Hu Joon.

Kemarahan Geun Yong semakin parah ketika akhirnya ia dipecat dari perusahannya, ia yang waktu itu tidak punya tempat tinggal -karena menunggak bayar apartemen-  menyangka bahwa semua kesialan yang menimpanya disebabkan oleh Hu Joon. Ia pun bertekad ingin balas dendam dengan membuka aib Hu Joon yang ternyata kasar pada perempuan, ia pun mendeklarasikan dirinya sebagai Anti fan. Berbagai cara ditempuhnya, tapi tidak ada yang berhasil. Sampai akhirnya, ia yang tidak punya uang dan tempat tinggal, menerima tawaran tampil di acar real variety -yang menampilkan kegiatan artis dengan seorang anti fan selama 24 jam- dengan bayaran 10 juta won. Yang membuat Geun Yong shock adalah ternyata artisnya itu Hu Joon!

Di acara itu, Geun Yong harus menjadi manajer Hu Joon dan tinggal dalam satu apartemen. Selama acara itulah Geun Yong dan Hujoon saling balas dendam dan saling menyusahkan satu sama lain. Dan saat itulah akhirnya Geun Yong tau bahwa gadis bergaun merah itu adalah In Hyong -Junior sekaligus mantan pacar Hu Joon ketika masa trainee dulu- In Hyong yang masih mencintai Hu Joon tidak bisa berbuat apa-apa, karena sekarang ia ada di bawah kendali JJ -saingan Hu Joon yang ingin merebut apapun yang dimiliki Hu Joon. 

Di acara ini pula, Geun Yong menyadari bahwa Hu Joon tidaklah seburuk yang ia sangka. Sebaliknya, Hu Joon menyadari Geun Yong tidak begitu menyebalkan, bahkan ia merasa nyaman dengan kehadiran Geun Yong. Sampai akhirnya mereka berdua menyadari bahwa mereka saling jatuh cinta. Tapi, harapan bersatu dengan Hu Joon harus kandas begitu JJ menyebarkan rumor tentang hubungan masa lalu Hu Joon dengan In Hyong. Hu Joon pun mengakuinya di depan media dengan tawaran kepada JJ untuk melepaskan In Hyong. Dengan mengorbankan cintanya pada Geun Yong, Hu Joon akan bersedia menerima In Hyong lagi jika ia mau kembali. 

Tapi, ternyata In Hyong punya cara tersendiri untuk menyelesaikan masalahnya. Ia yang sudah muak oleh perlakuan kasar JJ, akhirnya membunuh dirinya sendiri di depan mata JJ. Yang pada akhirnya membuat JJ shock dan menderita aphasia. Sejak itu, berbagai kabar buruk tentang JJ pun tersebar hingga ia dijebloskan ke penjara. 


Geun Yong, yang semakin hari menyadari bahwa tampil di depan kamera itu menyenangkan, akhirnya semakin banyak menapat tawaran menjadi bintang iklan. Hingga akhirnya, ia pun bisa bersatu dengan Hu Joon. 

*****

     Novel ini, mengisahkan tentang bagaimana rawannya kehidupan artis korea, yang selain dikelilingi oleh banyak fans, juga dikelilingi oleh anti-fans yang tidak segan-segan menyakiti si artis. Novel ini dikemas Eun jeong sedemikian rupa, sehingga ketika membaca membuat kita merasa sedang menyaksikan drama korea. Dan kabarnya novel ini memang akan diangkat menjadi sebuah drama. Penasaran bagaimana versi dramanya. Novel ini asyik banget, kalian mesti baca ^^! hehe..

LET GO ! Setiap cerita punya ruang sendiri

Judul : Let Go
Penulis : Windhy Puspitadewi
Penerbit : Gagasmedia

 Kemarin saya baru aja selesai baca Novel LET GO karyanya Windhy Puspitadewi ini, saya baca di blognya temen katanya novel ini bagus, dia bilang tokoh utamanya keren banget. Karena sy suka yang keren-keren ?*tampang najis* akhirnya saya beli hehe. Setelah saya baca...ternyata tokoh cowoknya keren sih, tapi nggak sekeren tokoh Ari di serial Jingga dan Senja huehue. Tapi...cerita Let Go ini keren lho...tentang persahabatan, mengharukan deh. Ceritanya itu tentang 4 orang tokoh utama dengan karakter yang berbeda-beda terpaksa harus bersatu karena ditugaskan untuk mengurus majalah sekolah. Caraka si keras kepala yang berhati mulia, Nathan si sinis yang ternyata baik hati, Nadya si judes, dan Sarah si penakut. Yang paling saya suka dari novel ini tuh..banyak kata-kata yang indah. Nggak indah sih, gimana ya ? simple tapi ngenak gitu deh...Walaupun gitu di sini juga ada humornya meski nggak terlalu berlebihan hehe... untuk lebih jelasnya beli dan baca sendiri yaa hehe...

Sarah :
Ini puisi yang ditulis Sarah untuk majalah Veritas :
Ketika wanita menangis, 
itu bukan berarti dia sedang mengeluarkan senjata terampuhnya
melainkan berarti dia sedang mengeluarkan senjata terakhirnya
Ketika wanita menangis,
itu bukan berarti dia tidak berusaha menahannya
melainkan karena pertahanannya sudah tak mampu lagi membendung air matanya
Ketika wanita menangis,
itu bukan berarti dia ingin terlihat lemah
melainkan karena dia sudah tidak sanggup berpura-pura kuat

"Selama ini, aku nggak pernah bilang secara langsung karena aku takut ditolak..." 


"Aku bisa kehilangan seorang teman seperti itu dengan kematianku, tetapi tidak dengan kematiannya"

Caraka :
"Aku lupa, aku lupa kamu juara judo. Yang ada di pikiranku cuma kamu itu cewek, sisanya badanku bergerak sendiri. Sori kalau kamu tersinggung"

"Kamu nggak akan bisa menyenangkan hati semua orang Sar, itu sebabnya kamu harus belajar bilang 'NGGAK'."

"Kalau toh nanti aku ngelanjutin kuliah yang nggak ada hubungannya sama sains sama sekali, aku tetep harus lulus SMA dulu, kan ?"

"Aku suka kamu Nad....aku nggak tau sejak kapan, dari mana, dan apa yang aku sukai darimu. Tapi aku tahu, di dekatmu aku jadi menyukai diriku apa adanya"

"Kalau masalah perasaan, nggak ada yang namanya mengalah, juga nggak ada yang namanya kalah atau menang, termasuk siapa yang datang duluan atau menyatakan lebih dulu. Yang namanya perasaan nggak bisa diatur kayak gitu. Aku bisa jadian sama nadya karena aku suka dia dan dia suka aku. Gitu kan ?"

"Kenapa kamu mempercayaiku sebesar itu ?"

Nathan :  
"Orang yang nggak bisa menghargai dirinya sendiri, nggak akan pernah bisa menghargai orang lain"

"Tapi ini sudah pukul 9 malem dan kamu cewek......Sehebat apapun, kalau dikeroyok 10 orang cowok kamu nggak akan bisa apa-apa"

"Apa kamu nggak memikirkan perasaannya juga ? dan bagaimana perasaanmu ? atau perasaan sarah saat dia tau siapa sebenarnya yang kamu sukai ? sikapmu yang nggak jelas ini justru menyakiti lebih banyak orang. Sekarang, mana sebenarnya yang lebih sadis ?"

"Kamu nggak benci ayahmu, kamu pura-pura benci justru karena kamu sangat mencintainya. Kamu nggak sanggup menerima kenyataan kalau dia sudah meninggal. begitu kan ?"

"Kalau saja saat itu kamu menuruti kata-kataku, buat tetap cuma jadi temen sekelas, nggak kurang dan nggak lebih. pasti nggak akan sesakit ini. Kamu merasakan sakitnya juga kan ?............."

"Jangan membenciku, waktu terus berjalan. aku sudah mati, tapi kamu masih hidup. Tak perlu terikat masa lalu. Sungguh, nggak apa-apa bagiku kalau kelak kamu melupakanku. Biar aku saja yang mengingatmu. itu sudah lebih dari cukup"

Nadya : 
"Impian itu seperti sayap, dia membawamu ke berbagai tempat. kurasa, mamamu sadar akan hal itu. Dia tahu, kalau dia mencegah mimpimu, itu sama saja dengan memotong sayap burung. Burung tersebut memang nggak akan lari, tapi burung tanpa sayap sudah bukan burung lagi. Dan manusia tanpa mimpi, sudah bukan manusia lagi"

"Karena kamu nggak sadar kalau kamu itu keren itulah kamu jadi sangat keren. Orang yang menyukai dirinya sendiri apa adanya dan nggak berusaha jadi orang lain adalah orang yang sangat keren"

"......Di dunia ini, memanh harus cantik supaya ditolong"

"Karena aku tau kamu nggak akan mengecewakanku...."