Sebuah keputusan

Ketika saya berhenti di titik ini dan melihat ke belakang,
saya tiba-tiba bertanya...sudah benarkah keputusan saya ?

Berada di sini, di Malang untuk melanjutkan study dengan jurusan design grafis  benar-benar bukan sebuah rencana yang saya targetkan. Saya terkadang masih suka kaget sendiri; kok bisa saya di sini? 
Dari sejak pertama kali mengenal kata cita-cita yang ada di pikiran saya adalah Dokter, yeah cita-cita standar kebanyakan para orang tua. Saya yang sudah terbiasa manut pun tidak bisa menghindar, dan menjadi dokter sudah tertanam di otak saya. Karena masih awam, saya pun dengan percaya diri melewati masa SD, MTs saya dengan keinginan kuat menjadi seorang dokter.

Masa SMA adalah titik balik semuanya, perputaran yang pada akhirnya menghempaskan saya ke sini. Di masa itu, saya sudah mulai mencoba berpikir dengan lumayan serius. Dan menyadari bahwa satu-satunya cita-cita yang selalu saya pegang dan percayai dari dulu ternyata hanya mengawang di pikiran saja, sementara hati saya tidak begitu sependapat; bahwa ini bukan yang saya inginkan, Science is not my thing!. Saya sadar itu kelemahan yang sedikit banyak sangat saya sesali. Meski pun begitu, saya putuskan untuk bertahan...tidak tega menyimpang jika mengngiat betapa orang tua sangat mendambakan hal itu. Saya pikir, jika saya mau sedikit lebih berusaha mungkin saja otak saya bisa menyesuaikan. Sayangnya, otak kiri saya tidak sebaik itu. Sampai akhirnya saya menyerah, ini benar-benar bukan jalan yang saya mau. 'Ini salah' berontak hati saya waktu itu...

Tentu saja tidak mudah untuk melawan, berusaha membuat pandangan orang-orang di sekitar saya searah dengan cara pandang saya. Terlebih karena saya takut; merubuhkan dinding besar yang sudah dibangun orang tua saya di hati mereka yang terdalam, mengacaukan tatanan jalan kehidupan yang orang tua sudah gariskan di tangan saya. Bagaimana saya bisa melakukan ini semua ? 
Tapi karena saya merasa bertahan juga tidak menghasilkan apa-apa, akhirnya saya mencoba mengumpulkan secuil keberanian untuk meminta, memohon, ditemani air mata ketakutan. Saat itu saya pikir, saya sudah mulai gila.

Sampai di titik ini, bagi sebagian orang mungkin benar-benar bukan hal yang berarti. Tapi tidak bagi saya teman, sampai di sini adalah sebuah perjuangan. Saya yang dari sejak lahir sudah berada di zona nyaman dan aman, tiba-tiba saja masuk ke zona serba tidak jelas ini, berbekal sedikit keberanian, sedikit pengalaman dan sedikit kepercayaan, benar-benar perubahan terbesar yang pernah saya lakukan dalam hidup saya.

Saya masih sangat ingat, bagaimana seluruh keluarga besar melakukan berbagai cara untuk mematahkan kemauan saya yang menurut mereka sangat-salah; mengimingi ini-itu, menasehati segala macam hanya agar saya mau tinggal dan tetap mengambil jalan mereka. Tapi karena saya sudah memutuskan, saya enggan untuk menariknya lagi. Gila saja sekalian. Kalian tau ? saya benar-benar merasa hebat ketika menepis semua tawaran yang begitu menggiurkan itu. Haha. 

"Merantau itu tidak seenak di rumah, menyusahkan" kata mereka dulu, tau betul karakter saya yang pemalas, tidak mau mengerjakan yang ribet-ribet. Tapi waktu itu saya sadar, jika saya tetap di zona itu, saya akan tetap seperti itu. Malas karena sudah terbiasa menerima semua hal yang sudah beres.
"Justru karena saya tau, hal itu begitu menyusahkan makanya saya ingin mencoba" Jawab saya dengan sok benar, tidak mau kalah tentunya.

Saya tentu merasa bersalah. Di sepanjang hidup saya, rasanya saya hanya membuat kekecewaan untuk orang tua saya. Melepas satu-satunya anak perempuan-nya juga bukan keputusan yang mudah bagi mereka. Tapi mau bagaimana? saya sangat ingin mencoba ini. Jika diam di rumah, saya akan lebih merasa tidak berguna, karena jujur di rumah saya orangnya pemalas. Mana mau saya nyuci, nyapu, ngepel, beres-beres, masak kayak gini kalau saya masih di rumah. Dan selamanya mungkin saya akan tetap seperti itu andai saja saya tidak memutuskan untuk jauh-jauh terbang ke sini.

Kalau boleh jujur, saya pun masih ragu-ragu; apa keputusan saya ini sudah benar atau tidak ? tapi kalau saya tidak mencoba, saya tidak akan pernah tau jawabannya kan?. Kalau pun nanti saya akan menyesal -seperti kata mereka- bagi saya tidak apa-apa, yang penting saya sudah mencoba. Setidaknya, saya tidak akan menyesal karena saya tidak berani untuk mencoba jalan ini.

Bapak, Ummi....just wait a little more...

"Brave to learn new things its the only way to survive in this world" -Ardianysah R. Akbar-

2 komentar:

  1. suatu saat nanti akan terjawab,
    krna setiap perkara ada waktunya.
    stiap jalan emang susah di mengerti oleh selain yg menjalani.
    masih untung ada yg menentang dr pada di biarkan jalan sendiri.
    awalan itu emang tak menyenangkan, bahkan kadang tiiiiiiiit.
    tapi semuanya itu hanya modal kepercayaan dan keyakinan.
    jalani, nikmati, syukuri apapun itu krna itu sudah jalannya.....
    ttp bertahan walau banyak tulisan yg terpajang,he
    ttp bertahan walau jalannya tak tentu arah.
    tetep bertahan karna dia (sy) yakin inilah jalan utkmu.
    ttp bertahan

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya...tetap bertahan he^^
      its meant so much for me :)

      Hapus

Blogger yang baik adalah blogger yang setelah membaca memberikan kommentar ^.^