-Untitled-


Resah.
Hujan pagi ini turun dengan memori lalu
derasnya membasahi daun jendela
dinginnya menusuk sampai ke ulu hati
ini bukan kedinginan
ini semacam gelisah,
kerena memori lusuh itu membuat luka lama, mengaga kembali.
Pedih. 
Ternyata, luka itu masih basah
sebasah rerumputan dan tanah pagi ini
Pedih
karena luka itu tidak mati,
namun hanya bertapa
dan kini kembali lagi.
Resah.
Hujan pagi ini turun dengan memori lalu. 
 Mataram, 7 Maret 2012

Itu, puisi yang saya buat waktu pelajaran b.indo. Tugasnya pak ilham.
Jadi, rabu kemaren pelajaran pertama itu bahasa indonesia. Kebetulan banget pagi itu hujan cukup kenceng turun. Dan, pak ilham -guru paling santai se smanti- ngasi kita kertas burem sama-sama satu. Sebelum ngasi tugas, beliau nanyak "Apa yang biasanya kalian rasakan waktu hujan begini ?" kebanyakan jawab galau, sedih dan sejenisnya. Terus, kita disuruh nulis satu kata aja yang ngewakilin perasaan kita waktu kita sedih, di ujung kertas, terus kita disuruh oper kertasnya ke temen di sebelah kanan kita, terus tulis lagi kata kedua di bawah kata pertama punya temen di sebelah kiri kita, dan dioper lagi, begitu seterusnya sampai empat kali. Dan 4 kata yang saya dapet itu ; Resah, Gelisah, Pedih, Bertapa ( yang terakhir apa banget deh-_- ) itu kata dari yoga si ketua kelas. Satu kata yang cukup mengganggu waktu pak guru ternyata nyuruh kita buat sebuah paragraf, puisi atau apapun dengan 4 kata yang kita dapet itu. Dan kata Bertapa bener-bener nguras otak saya buat nyambunginnya sama 3 kata sebelumnya. Nyerah, akhirnya jadi deh puisi tak berjudul  itu. hhh-_-"
Udah gitu aja, cuman mau share aja #iniceritakuapaceritamu ?

1 komentar:

Blogger yang baik adalah blogger yang setelah membaca memberikan kommentar ^.^